PERADABAN ISLAM GERAKAN TEREKAT PADA ABAD KE 17 DAN 18
Kata Kunci:
Peradaban Islam, TarekatAbstrak
Perkembangan tarekat di Indonesia secara nyata baru terlihat pada abad ke-17, yaitu dimulai pertama kali oleh Hamzah Fansuri (w 1610 M) dan muridnya, Syamsuddin as-Sumatrini (w 1630 M). Akan tetapi, keduanya tidak meninggalkan organisasi tarekat yang berlangsung terus-menerus. Tokoh-tokoh penyiar Islam yang hidup dan berdakwah di Indonesia sebelumnya secara samar-samar juga cenderung menganut paham ini. Syekh Abdullah Arif, seorang penyiar pertama di Aceh pada abad ke-12 M, dalam karyanya yang berjudul Bahrul Laahut juga mengajarkan ajaran yang sama dengan Abu Mansur al-Hallaj dan Muhyiddin Ibnu Arabi, yakni wahdatul wujud. Begitu juga di Jawa, pada zaman penyiar Islam pertama (Wali Songo) terdapat seorang tokoh tasawuf yang mengajarkan paham ini.
Referensi
As’ad, Mahrus. “Pengaruh Neosufisme Terhadap Perkembangan Tasawuf Dan Tarekat Baru”. MIQOT Vol. XXXVI No. 1 Januari-Juni 2012.
Awaludin. “Sejarah Dan Perkembangan Tarekat Di Nusantara”. El-Afkar Vol. 5 Nomor II, Juli- Desember 2016.
Faslah Roni. “Corak Neo-Sufisme Ulama Tarekat Syatariyah : Studi Jaringan Ulama Nusantara Abad ke-17”. At-Turas Jurnal Studi ke-Islaman. Volume III, Number 2, Juli - September 2016, P-ISSN: 2355-567X, E-ISSN: 2460-1063.
Hidayat, Siregar Lindung. “Sejarah Tarekat Dan Dinamika Sosial”. MIQOT Vol. XXXIII No. 2 Juli-Desember 2009.
Muhammad Nurdinah. “Karakteristik Jaringan Ulama Nusantara Menurut Pemikiran Azyumardi Azra”. Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 1, April 2012.
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 Eman Supriatna

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.